Ibadah merupakan
kewajiban setiap Muslim, salah satu di antaranya adalah sholat lima waktu.
Lebih utama lagi jika sholat wajib lima waktu ini dilakukan secara berjamaah
maka pahalanya akan semakin berlipat ganda hingga 27 kali lipat. Karenanya
hendaklah kita menggiatkan sholat berjamaah.
Meskipun tidak
selalu,
saya alhamdulillah sering mengikuti sholat berjamaah baik ketika di
rumah maupun ketika ada kesibukan di luar. Saya berusaha sebisa mungkin untuk
mengikuti sholat berjamaah, tentu saja karena mengharapkan pahala 27 kali
lipat. Semoga kita semua juga selalu bersemangat mengikuti sholat berjamaah.
Hanya saja, kita
sering mendapatkan fakta yang cukup memprihatinkan. Setiap kali kita mengikuti
sholat berjamaah kita akan mendapati pemandangan yang hampir sama. Apa itu?
Kebanyakan yang hadir di sholat jamaah adalah para orang tua, sedangkan para
pemudanya sangat sedikit, dan selalu sedikit.
Di desa saya,
kebanyakan yang rutin mengikuti sholat jamaah adalah bapak-bapak, dan kakek-kakek.
Para aktivis sholat jamaah adalah mereka yang berusia antara 40 – 80 tahun.
Sementara yang muda nyaris tidak ada.
Inilah kondisi
umat Muslim sekarang. Kondisi saat kita jauh dari kehidupan yang Islami.
Kebanyakan umat Muslim merasa berat untuk menjalankan kewajibannya kepada Allah
yang menciptakannya dan lebih tenggelam mengejar kesenangan dunia. Karenanya,
banyak pemuda yang berpikiran, “mumpung masih muda, kita gunakan masa muda ini
untuk bersenang-senang.”
Banyak kaum
Muslim yang salah mengartikan “Ibadah itu untuk bekal ketika kita mati.”
Akibatnya, banyak dari kita baru mau beribadah jika kita, maaf, merasa sudah
mau mati. Itulah sebabnya hanya orang-orang tua saja yang rajin ibadahnya.
Memang benar,
kita beribadah kepada Allah sebagai bekal kehidupan kita setelah mati, yaitu
kehidupan ketika kita kelak di akhirat. Tapi pertanyaannya, apakah kita harus
menunggu masa tua dulu, yang kita semakin dekat dengan kematian, untuk
beribadah? Bukankah kematian itu tak pandang usia? Bagaimana jika kita
ditakdirkan meninggal di usia muda? Bagaimana jika seandainya kita sedang
bercengkerama dengan teman sepermainan kita, atau berduaan dengan wanita yang
bukan mahram kita, lalu tiba-tiba Allah mencabut nyawa kita?
Mati itu tak
pandang usia, karena itu segeralah beribadah kepada Allah dan memperbanyak
amal-amal sholih. Jangan menunggu masa tua karena ajal bisa datang tiba-tiba.
Rajin beribadah
ketika sudah tua itu biasa, tapi menghabiskan waktu untuk dekat kepada Allah
ketika masih muda adalah pilihan istimewa. Salah satu keistimewaan pemuda yang selalu
mendekatkan diri kepada Allah telah disebutkan dalam sebuah hadits,
“Ada tujuh
golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak
ada naungan kecuali naungannya, yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang
senantiasa beribadah kepada Allah semasa hidupnya ....”
Dari saudaramu,
Mashari
0 komentar:
Posting Komentar