Slide # 1

Slide # 1

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 2

Slide # 2

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 3

Slide # 3

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 4

Slide # 4

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 5

Slide # 5

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Senin, 10 Maret 2014

Ibadah Bukan (Hanya) Kerjaan Orang Tua

Ibadah merupakan kewajiban setiap Muslim, salah satu di antaranya adalah sholat lima waktu. Lebih utama lagi jika sholat wajib lima waktu ini dilakukan secara berjamaah maka pahalanya akan semakin berlipat ganda hingga 27 kali lipat. Karenanya hendaklah kita menggiatkan sholat berjamaah.


Meskipun tidak selalu,
saya alhamdulillah sering mengikuti sholat berjamaah baik ketika di rumah maupun ketika ada kesibukan di luar. Saya berusaha sebisa mungkin untuk mengikuti sholat berjamaah, tentu saja karena mengharapkan pahala 27 kali lipat. Semoga kita semua juga selalu bersemangat mengikuti sholat berjamaah.

Hanya saja, kita sering mendapatkan fakta yang cukup memprihatinkan. Setiap kali kita mengikuti sholat berjamaah kita akan mendapati pemandangan yang hampir sama. Apa itu? Kebanyakan yang hadir di sholat jamaah adalah para orang tua, sedangkan para pemudanya sangat sedikit, dan selalu sedikit.

Di desa saya, kebanyakan yang rutin mengikuti sholat jamaah adalah bapak-bapak, dan kakek-kakek. Para aktivis sholat jamaah adalah mereka yang berusia antara 40 – 80 tahun. Sementara yang muda nyaris tidak ada.

Inilah kondisi umat Muslim sekarang. Kondisi saat kita jauh dari kehidupan yang Islami. Kebanyakan umat Muslim merasa berat untuk menjalankan kewajibannya kepada Allah yang menciptakannya dan lebih tenggelam mengejar kesenangan dunia. Karenanya, banyak pemuda yang berpikiran, “mumpung masih muda, kita gunakan masa muda ini untuk bersenang-senang.”

Banyak kaum Muslim yang salah mengartikan “Ibadah itu untuk bekal ketika kita mati.” Akibatnya, banyak dari kita baru mau beribadah jika kita, maaf, merasa sudah mau mati. Itulah sebabnya hanya orang-orang tua saja yang rajin ibadahnya.

Memang benar, kita beribadah kepada Allah sebagai bekal kehidupan kita setelah mati, yaitu kehidupan ketika kita kelak di akhirat. Tapi pertanyaannya, apakah kita harus menunggu masa tua dulu, yang kita semakin dekat dengan kematian, untuk beribadah? Bukankah kematian itu tak pandang usia? Bagaimana jika kita ditakdirkan meninggal di usia muda? Bagaimana jika seandainya kita sedang bercengkerama dengan teman sepermainan kita, atau berduaan dengan wanita yang bukan mahram kita, lalu tiba-tiba Allah mencabut nyawa kita?

Mati itu tak pandang usia, karena itu segeralah beribadah kepada Allah dan memperbanyak amal-amal sholih. Jangan menunggu masa tua karena ajal bisa datang tiba-tiba.

Rajin beribadah ketika sudah tua itu biasa, tapi menghabiskan waktu untuk dekat kepada Allah ketika masih muda adalah pilihan istimewa. Salah satu keistimewaan pemuda yang selalu mendekatkan diri kepada Allah telah disebutkan dalam sebuah hadits,

“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungannya, yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah semasa hidupnya ....”

Dari saudaramu,
Mashari

0 komentar:

Posting Komentar