Slide # 1

Slide # 1

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 2

Slide # 2

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 3

Slide # 3

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 4

Slide # 4

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 5

Slide # 5

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Kamis, 03 April 2014

Pelajaran untuk Ummat yang Menginginkan Kebangkitan

“A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K”.
Sholikin                             : “Kadal!”
Anas                                  : “Kera!”
Verry                                 : “Kodok!”
Aku                                   : “Kuda!”
Haydar                              : “Kelinci!”
Uun                                   : (bengong, diam).
Semua (kecuali Uun)         : (meninju Uun) “Buk!” “Digg!” “Prkk!”.
Uun                                   : (kesakitan). “Arrgh…!”

Penggalan percakapan di atas adalah sebuah cerita yang pernah kualami ketika duduk di bangku SMA. Permainan anak-anak yang kurang pekerjaan sebenarnya. Hehe... Aku dan teman-tamanku yang lain sedang duduk mengelilingi meja melakukan permainan abjad. Aturannya simple: setiap pemain harus menyebutkan nama; orang, hewan atau yang lainnya – tergantung kesepakatan – sesuai abjad yang terpilih (missal k: Kadal, Kucing, dll. Paham ‘kan yang kumaksud?). Yang tidak bisa menjawab, atau yang terakhir menjawab, dia kalah dan akan mendapat hukuman seperti Uun yang mendapat ‘hukuman’ tinju dari semua pemain. Permainan dilanjutkan.

“A, B, C, D, E, F, G!”

“Buk! Prkk! Digg!”, beberapa pukulan meremukkan langsung mengantam tubuh Uun sebelum dia menyadarinya. Pukulan yang paling keras datang dari Sholikin. Pukulan pria besar mirip Hulk itu mendarat keras di bahu kiri Uun. “BUGG!!”

Sementara itu Uun terlihat bingung, jelas dia memikirkan ada sesuatu yang salah.

“Sebentar! Kamu jawab apa tadi?!”, dia bertanya kepadaku.
“Gorila!”, jawabku, bohong.
“Kamu?!”, dia ganti mengarahkan pertanyaannya ke Sholikin.
“Gajah! Tadi nggak dengar apa?”, jawab Sholikin.
Uun terdiam. Agak emosi.

Jadi begini rahasianya, Kawan. Sebenarnya, kami semua memang belum menjawab. Ini hanya pelajaran buat Uun, juga buat kita semua. Pelajarannya adalah, bahwa kita akan selamanya tertinggal, bahkan tertindas, jika terus mengikuti peraturan-peraturan bodoh.

Mengapa kaum muslimin sekarang menjadi kaum yang tertinggal bahkan tertindas? Karena selama ini umat Islam selalu tunduk pada peraturan bodoh buatan kafir imperialis yang bernama sekulerisme, memisahkan agama dari kehidupan. Akibatnya mereka menjadi mainan bangsa imperialis. Padahal umat Islam memiliki peraturan sendiri yang jauh lebih hebat dan lebih cerdas dari peraturan itu. Islam adalah agama sekaligus ideologi umat Islam, yang tidak hanya berisi tuntunan ibadah ritual saja, tetapi mengandung aturan komplit yang akan mampu menghantarkan umat ini kepada kemajuan dan kesejahteraan.

Tidak perlu kita bahas di sini bagaimana Islam mampu melakukan semua itu karena sudah banyak sekali kitab-kitab ulama’ terdahulu serta buku-buku kontemporer  yang membahas masalah ini. Sejarah telah membuktikan bahwa umat Islam menjadi umat yang unggul ketika menerapkan sistem Islam secara kaffah dalam pemerintahan.


0 komentar:

Posting Komentar