Bagaimana kita berharap bisa sukses bila kita hanya bermalas-malasan? Bagaimana kita ingin mewuudkan apa yang kita cita-citakan bila kita selalu ingin yang gratisan? Sukses butuh pengorbanan, Kawan!
Alhamdulillah, hari Sabtu
(25/1) kemarin saya berkesempatan mengikuti Super Training yang bertema “15
Menit Menemukan Potensi Terbesar Anda” yang diadakan oleh STIFIn Bojonegoro,
sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengembangan diri yang dirintis oleh
Mas Mustagfirin. Semoga STIFIn Bojonegoro menjadi perusahaan tersukses
se-Bojonegoro dalam bidangnya.
Acara yang digelar di
Griya MCM Bojonegoro ini sangat luar biasa. Di acara ini para peserta mendapatkan
materi tentang bagaimana menemukan potensi terbesar dalam hidup kita sehingga
kita bisa mengembangkan potensi tersebut untuk meraih kesuksesan yang kita
impikan. Intinya adalah, dengan mengetahui potensi terbesar yang diberikan oleh
Allah kepada kita, kita akan lebih mudah menemukan ‘karpet merah’ menuju
kesuksesan.
Paginya, beberapa jam
sebelum acara dimulai, Bojonegoro diguyur hujan gerimis. Tidak terlalu
lebat, tapi cukup untuk membuat orang malas keluar dari rumahnya masing-masing (jika tidak ada kerjaan sih...). Suasana semacam ini kami manfaatkan untuk ngobrol-ngobrol. Mas Budi, Owner Bussiness STIFIn Tban yang akan menjadi trainer di acara tersebut banyak sharing tentang pengalaman beliau hingga bisa menjadi seorang trainer. Ada juga Mas Tono yang mendampingi Mas Budi ketika di Bojonegoro kemarin. Dua pengusaha muda asal kota Tuban ini banyak berbagi pengalaman mereka kepada kami tentang apa saja yang perlu kita lakukan untuk bisa meraih kesuksesan.
lebat, tapi cukup untuk membuat orang malas keluar dari rumahnya masing-masing (jika tidak ada kerjaan sih...). Suasana semacam ini kami manfaatkan untuk ngobrol-ngobrol. Mas Budi, Owner Bussiness STIFIn Tban yang akan menjadi trainer di acara tersebut banyak sharing tentang pengalaman beliau hingga bisa menjadi seorang trainer. Ada juga Mas Tono yang mendampingi Mas Budi ketika di Bojonegoro kemarin. Dua pengusaha muda asal kota Tuban ini banyak berbagi pengalaman mereka kepada kami tentang apa saja yang perlu kita lakukan untuk bisa meraih kesuksesan.
Ternyata, untuk meraih
kesuksesan itu tak semudah yang kita bayangkan. Impian besar mendatangkan konsekuensi
dan investasi besar, butuh perjuangan yang berdarah-darah dan pengorbanan yang
besar.
Apa konsekuensi yang
akan kita dapat? Yang paling umum mungkin kita akan ditertawakan atau dianggap
mimpi siang bolong. Ini umum terjadi kepada semua orang yang memiliki impian
besar. Mereka dihina, dibully dan ditertawakan, namun toh mereka pada akhirnya
bisa membuktikan bahwa dirinya bisa meraih kesuksesan yang diimpikannya. Kita
tentu sangat mengetahui bagaimana Nabi Muhammad saw, orang yang memiliki visi
paling besar di dunia, ditertawakan ketika mendakwahkan Islam, menjanjikan
kemenangan, kekuasaan dan tentu saja surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
Namun akhirnya Islam terbukti tersebar hingga menguasai 2/3 belahan dunia.
Allahu Akbar!
Selain konsekuensi, kita
juga dituntut untuk mengeluarkan investasi yang tidak sedikit untuk mewujudkan
impian kita. Kita harus mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan biaya yang kita
miliki jika kita benar-benar ingin
berhasil. Saya mendengarkan dengan seksama bagaimana perjuangan kedua sahabat
kami tadi hingga bisa menjadi seperti sekarang. Ternyata mereka telah
menghabiskan banyak waktu untuk terus belajar mengembangkan keahlian di bidang
masing-masing. Mereka mencurahkan tenaga dan pikiran untuk menekuni bidangnya.
Bahkan, tak sedikit biaya yang mereka keluarkan demi mendapatkan apa yang
diinginkan. “Kalau saya hitung, ya Mas, mungkin saya sudah menghabiskan sekitar
60 jutaan untuk belajar bisnis,” kata Mas Tono. Luar biasa!
Begitulah, selalu
dibutuhkan kerja keras dan komitmen untuk mewujudkan impian besar. Saya jadi
teringat bagaimana dulu para generasi terbaik di masa Islam bekerja keras
hingga melahirkan karya-karya terbaik sepanjang sejarah. Imam al-Ghazali sejak
kecil selalu bercengkerama dengan buku, padahal kebanyakan anak seusianya masih
asyik bermain. Hasilnya, beliau menjadi ulama besar yang disegani. Beliau juga
telah menulis tak kurang dari 100 kitab dan karya-karyanya menjadi rujukan kaum
Muslim hingga saat ini.
Imam al-Bukhari, sejak
kecil dididik dalam suasanan keagamaan dan keilmuan yang kental. Wajar bila
dalam usia 10 tahun beliau telah tertarik dengan ilmu hadits yang sulit dan
rumit itu. Semangatnya dlaam berguru pada ulama-ulama besar pada zamannya telah
membuatnya berhasil menghafal dan menguasai sejumlah kitab dalam usia 16 tahun.
Dua tahun kemudian, beliau telah berhasil menerbitkan kitab pertamanya, Qudhaya
ash-Shahabat wa at-Tabi’in. Kemudian bersama gurunya Syaikh Ishaq, al-Bukhari
menghimpun satu juta hadits dari 80.000 perawi, yang setelah disaring secara
ketat, hanya terpilih 7.275 hadits.
Ulama hadits terkemuka
ini memang memiliki daya hafal yang tinggi (mungkin orang Sensing kali ya...).
menurut penuturan kakaknya, Rasyid bin Isma’il, al-Bukhari tidak pernah membuat
catatan ketika mengaji hingga dicela oleh kawan-kawannya. Karena kesal,
al-Bukhari menantang mereka untuk membawa catatan mereka, lalu al-Bukhari
membacakan secara tepat apa yang pernah disampaikan oleh gurunya. Tercenganglah
mereka semua karena ternyata al-Bukhari mampu menghafal 15.000 hadits di luar kepala,
lengkap dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat.
Walhasil, lahirlah
karya-karya besar berkat ketinggian ilmu beliau seperti kita al-Jami’
ash-Shahih, al-Adab al-Mufrad, at-Tarikh ash-Shaghir, at-Tarikh al-Awsat,
at-Tarikh al-Kabir, at-Tafsir al-Kabir, al-Musnad al-Kabir, Kitab al-‘Ilal dan
puluhan kitab lainnya.
Masih banyak
ulama-ulama besar yang melahirkan karya-karya yang luar biasa seperti Imam
asy-Syafi’i dan lain-lain. Memang benar mereka mengalami bakat kecerdasan yang
luar biasa. Tapi yakinlah, tanpa adanya kerja keras, dan tentu saja dibarengi
dengan semangat meraih ridho Allah sebanyak-banyaknya, semua kesuksesan itu
tidak akan pernah terwujud.
Dikisahkan bahwa Ibnu
Hajar al-Atsqolani yang awalnya ‘mutung’ karena merasa kesulitan menguasai ilmu
yang diajarkan di majelisnya. Namun ia akhirnya kembali lagi kepada gurunya dan
akhirnya menjadi seorang ulama besar yang disegani. Dia yakin bukan kejeniusan
yang membuat seorang berhasil, tapi kerja keras yang mereka lakukan.
Saudaraku, apakah Anda
memiliki impian besar? Sudahkah Anda menjalankan konsekuensi dan membayar
investasi untuk meraih impian tersebut? Jika belum, maka jangan salahkan orang
lain jika kita belum berhasil mewujudkan apa yang kita impikan.
Dan yang terpenting,
semua yang ingin kita raih di dunia ini harus mampu mengantarkan kita kepada
kesuksesan ke akhirat kelak. Inilah cita-cita terbesar kita sebagai seorang
muslim, yaitu memperoleh kesuksesan di akhirat dan mendapat ganjaran surga-Nya.
Tentunya kita harus mengelurakan investasi – harta, pikiran, tenaga, waktu dan
semua yang kita miliki– yang lebih besar untuk meraihnya.
0 komentar:
Posting Komentar